Rabu, 08 Agustus 2007

Perkembangan Usaha Kerajinan di Jawa Timur

Pengembangan kerajinan perlu lebih diperhatikan karena mengemban misi menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan berusaha, melestarikan seni budava. modernisasi masyarakat desa. memperkuat infrastruktur industri dan meningkatkan ekspor nasional. Pembinaan dan pengembangan kerajinan diharapkan mampu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dengan harapan dapat herkembang kearah yang lebih maju dan mandiri. Realitas menunjukkan bahwa kerajinan berpotensial untuk tumbuh dan berkembang serta mampu bertahan terhadap perekonomian yang kurang menguntungkan. Kerajinan juga mempunyai daya rieksibilitas dan adaptabilitas didalam memperoleh sumber bahan baku dan peralatan.
Di Kota Batu perkembangan jumlah industri kecil dan rumah tangga semakin meningkat, pada tahun 2004 saja sudah terdapat 12 sentra industri kecil dengan 172 industri kecil dan rumah tangga dengan menyerap tenaga kerja 455 orang (Bapeprop Jatim 2005).
Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan kerajinan di Kota Batu perlu dibuat suatu perencanaan komprehenship dengan berbasis potensi daerah. Pengusaha kecil berprofesi perajin harus dijalin secara global, multi fungsi dan dikoordinir secara komprehenship-berkesinambungan. Upaya kegiatan terpadu tersebut, diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi perajin dalam membesarkan diri dan organisasinya. Untuk memfasilitasi mereka dalam membuka jalur peningkatan kualitas dan kuantitas produksinya terbentuklah sebuah wadah himpunan pembinaan dan peningkatan prestasi sekaligus sebagai forum silaturrahim bagi para perajin se Kota Batu bernama Assosiasi Perajin Jawa Timur (APJ) Cabang Kota Batu. Melalui Asosiasi Perajin dan dengan penguasaan llmu Pengetahuan dan teknologi, diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam mclaksanakan dan mendorong tumbuh kembangnya peran serta masyarakat dalam mewujudkan Batu Sebagai Kota Wisata.
Secara umum permasalahan yang dialami oleh industri kecil terutama berkaitan dengan proses pemasaran yang relatif lemah karena belum tertatanya kemampuan manajerial dalam menggelola perusahaan, belum dikuasainya pengetahuan di bidang perdagangan, terbatasnya dana untuk anggaran promosi dan kurangnya permodalan untuk meningkatkan dan memperbaharui fasilitas produksi (Kian Wie, 1997:154). Sehingga pemasaran masih sebatas di pasaran nasional dan belum mampu menembus pasaran luar negeri. Tidak dapat dipungkiri bila ingin meraup pasar internasional diperlukan sarana promosi yang handal, dunia maya saat ini menjadi alternative pilihan sebagai sarana promosi yang termurah karena dengan biaya minim bisa dinikmati oleh calon pelangan di belahan dunia manapun.